Mana yang lebih sulit antara mengajar dan belajar ? mana yang lebih sukar dilakukan antara mendengarkan dan berbicara ? Apakah mayoritas dari kita akan menjawab mengajar dan berbicara itu lebih sulit ? Mungkinkah ada yang menjawab bahwa belajar dan mendengarkan itu lebih sulit dari mengajar dan berbicara ? Menurut pandangan umum memang demikianlah yang kita dapat, namun sesungguhnya kata belajar dan mendengarkan adalah sebuah kualitas yang lebih tinggi nilai dan manfaatnya dibanding mengajar dan berbicara. Mengapa Achiles mengatakan demikian ? Karena Mengajar dan berbicara adalah sebuah proses yang bisa menemui titik akhir, namun mendengar dan belajar adalah sebuah kata yang tidak menemui garis finish. Seberapa kuat seseorang berbicara ? Seberapa lama seseorang mampu mengajar ?
Belajar tidak pernah menemui batasnya. Hingga tidurpun kita masih belajar sesuatu, belajar mempunyai kualitas tidur yang baik, belajar mengingat mimpi yang menghampiri kita, belajar eksis di bawah dunia alam sadar dll. Namun seringkali kita secara tidak sadar maupun sadar telah melewatkan kesempatan untuk menjadi makhluk yang mau terus belajar dan mendengar. Kita lebih suka menjadi pembicara maupun pengajar untuk orang lain. Lalu, adakah yang salah dengan mengajar ? Adakah yang kurang berkenan dengan seseorang yang suka berbicara ? Memang tidak ada yang salah selama kesempatan untuk belajar tidak ia lepaskan. Namun yang menjadi fenomena adalah seseorang berhenti untuk mau belajar ketika ia merasa bisa mengajar dan berbicara sesuatu yang ia telah pahami. Telinga dan hatinya menjadi sensitif jika ada stimulus pelajaran baru yang dikemukakan orang lain, apalagi jika stimulus itu datang dari orang yang ia anggap lebih "rendah" darinya.
Belajar untuk tetap mau belajar itu lebih sulit dilakukan daripada tetap ingin mengajar. Dengan belajar sesuatu kita bisa tau bahwa kita tidak tau. Ini lebih baik daripada kita tidak pernah tau bahwa kita tidak tau. Kesadaran akan ketidaktahuan kita bisa kita reduksi selama kita mau belajar dan mendengar. Guru yang baik adalah guru yang bodoh dan menjadikan muridnya menjadi Bodoh. Murid yang baik adalah murid yang mau dijadikan bodoh oleh guru yang bodoh. Sebuah paradoks yang mungkin sulit diterima oleh kebanyakan orang. Namun kalau mau jujur, kegagalan bangsa ini adalah banyaknya warga yang melepas haknya untuk terus belajar dan mendengar. Seorang anak tidak mau belajar dari orang tuanya, Orang tua tidak mau belajar dari anaknya, Masyarakat tidak mau belajar dari alam dan lingkungannya, Pemerintah tidak mau mendengar suara rakyat dll
Seseorang yang melepas haknya untuk belajar pasti tidak pernah sadar bahwa ia tidak tau banyak hal. Seseorang yang lebih banyak berbicara, lebih sulit untuk mau mendengar masukan dan pendapat orang lain. Belajar untuk mau terus belajar menjadi kata yang sangat sulit untuk dilakukan dan ditemui didunia ini karena sebagian besar manusia sudah menukarkan hak belajarnya dengan semangkuk kacang merah.
Belajar tidak pernah menemui batasnya. Hingga tidurpun kita masih belajar sesuatu, belajar mempunyai kualitas tidur yang baik, belajar mengingat mimpi yang menghampiri kita, belajar eksis di bawah dunia alam sadar dll. Namun seringkali kita secara tidak sadar maupun sadar telah melewatkan kesempatan untuk menjadi makhluk yang mau terus belajar dan mendengar. Kita lebih suka menjadi pembicara maupun pengajar untuk orang lain. Lalu, adakah yang salah dengan mengajar ? Adakah yang kurang berkenan dengan seseorang yang suka berbicara ? Memang tidak ada yang salah selama kesempatan untuk belajar tidak ia lepaskan. Namun yang menjadi fenomena adalah seseorang berhenti untuk mau belajar ketika ia merasa bisa mengajar dan berbicara sesuatu yang ia telah pahami. Telinga dan hatinya menjadi sensitif jika ada stimulus pelajaran baru yang dikemukakan orang lain, apalagi jika stimulus itu datang dari orang yang ia anggap lebih "rendah" darinya.
Belajar untuk tetap mau belajar itu lebih sulit dilakukan daripada tetap ingin mengajar. Dengan belajar sesuatu kita bisa tau bahwa kita tidak tau. Ini lebih baik daripada kita tidak pernah tau bahwa kita tidak tau. Kesadaran akan ketidaktahuan kita bisa kita reduksi selama kita mau belajar dan mendengar. Guru yang baik adalah guru yang bodoh dan menjadikan muridnya menjadi Bodoh. Murid yang baik adalah murid yang mau dijadikan bodoh oleh guru yang bodoh. Sebuah paradoks yang mungkin sulit diterima oleh kebanyakan orang. Namun kalau mau jujur, kegagalan bangsa ini adalah banyaknya warga yang melepas haknya untuk terus belajar dan mendengar. Seorang anak tidak mau belajar dari orang tuanya, Orang tua tidak mau belajar dari anaknya, Masyarakat tidak mau belajar dari alam dan lingkungannya, Pemerintah tidak mau mendengar suara rakyat dll
Seseorang yang melepas haknya untuk belajar pasti tidak pernah sadar bahwa ia tidak tau banyak hal. Seseorang yang lebih banyak berbicara, lebih sulit untuk mau mendengar masukan dan pendapat orang lain. Belajar untuk mau terus belajar menjadi kata yang sangat sulit untuk dilakukan dan ditemui didunia ini karena sebagian besar manusia sudah menukarkan hak belajarnya dengan semangkuk kacang merah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar