Sebelumnya, Achiles ingin mengatakan bahwa cerita Hikayat Catatan si Emon ini adalah fiktif belaka. Kalau ada kesamaan tokoh dan tempat, itu hanyalah kebetulan belaka. Cerita ini dibuka dengan sosok seorang pemuda yang bernama Emon. Tubuhnya tidak tinggi namun berperut tambun. Kegemaran si Emon adalah mengawasi dan memperhatikan apa yang dimiliki oleh orang lain. Ia suka mitos dan barang mewah namun jarang melakukan usaha keras. Waktu dalam hidupnya seringkali ia habiskan untuk tidur atau memanjakan perut buncitnya
Suatu hari ia melihat segerombolan pemuda yang sedang menggali sesuatu. Wajah mereka serius menggali sesuatu yang sangat berharga berada dalam tumpukan tanah tersebut. Si Emon juga melihat disamping pekerja tersebut telah terdapat benda mengkilap sejenis emas dan berlian yang tentu saja menggodanya untuk segera memiliki. Namun sayang, ia tidak punya cangkul dan peralatan penggalian layaknya para penggali tersebut. Tapi munculah ide dari Emon dengan cara mendekati salah satu penggali tersebut
"Mas, boleh saya pinjam cangkulnya sebentar ? Saya juga ingin ikut menggali gundukan tanah itu. Mungkin saja ada nasib baik dan menemukan benda bercahaya seperti yang sudah sampean dapet itu" kata si Emon sambil menunjuk barang berharga tadi. Karena melihat kesungguhan dalam diri si Emon dan ketulusannya untuk juga mau menggali, maka tergeraklah hati orang tersebut untuk memberikan cangkul dan peralatan menggali miliknya. "Ok deh, ini ada cangkul buat sampean kalo memang benar sampean mau ikut menggali disini. Semoga kerja keras sampean nanti membuahkan hasil" kata salah satu penggali yang sudah mulai terlihat lelah dengan keringat bercucuran didahinya
Si Emon pun mulai menggali dan menggali. Ia mulai belajar sesuatu yang sebelumnya belum pernah ia lakukan sama sekali. Penggali yang lain juga turut memberikan teknik bagaimana cara menggali yang baik dan efisien. Si Emon pun manggut2 tanda ia mengerti. Hari sudah berganti sore, namun si Emon belum mendapatkan apa yang ia inginkan. Saat ia berjalan pulang, ia bertanya kepada salah satu penggali lubang. "Pak, sudah berapa lama bapak bekerja sebagai penggali ini ?" tanya si Emon. "Wah saya sudah lama mas, kira2 sudah 1 tahun lebih. Tapi lumayanlah karena sekarang saya sudah tau bagaimana cara menggali batu permata yang baik".
Mendengar jawaban tersebut, Emon sedikit garuk2 kepala. Hal tersebut dikarenakan ia ingin sesuatu yang lebih cepat dan instant. Tubuh tambunnya tidak mungkin bisa bertahan lama dengan cara kerja keras tersebut. Kerja 1 hari ini saja sudah membuat nafasnya hilang separuh. Bagaimana mungkin orang ini bisa bertahan 1 tahun hanya dengan bekerja sebagai penggali lubang ? Otak si Emon yang imut ini pun bekerja dan ia mendapatkan ide bagaimana cara mendapatkan permata tersebut tanpa harus bekerja mati2an layaknya para penggali yang dianggapnya terlalu bodoh tersebut
Keesokan harinya, si Emon kembali ke tempat penggalian. Bersama dengan para penggali ia berusaha menemukan apa yang ia inginkan. Karena memang teknik dan pengalamannya yang masih sangat kurang, ia belum mendapat apa2 hingga hari menjelang siang. Para penggalipun beristirahat sambil menyeka keringat yang sudah mulai membasahi tubuh. Mereka berbondong2 menuju warung kopi diseberang jalan yang terkenal dengan kopi luwaknya. Penjaga kopinya juga asyik, jadi cocok sebagai bahan untuk melepaskan penat selama setengah hari
Si Emon sengaja tidak mau ikut berkumpul bersama para penggali lain di warung kopi. Disamping karena uangnya yang pas2an, ia memang hendak melancarkan niat yang sudah dipikirkan kemarin. Dengan cara mengendap ngendap, ia mengambil beberapa hasil permata dari penggali yang lain. Sengaja ia tidak mengambil banyak dari suatu tempat agar para penggali tidak merasa curiga bahwa sebagian permata hasil kerja keras mereka telah dicuri. Si Emon mengambil satu2 permata kecil tersebut. Lalu dengan cepat ia memasukkan kedalam bajunya yang memang sangat longgar. Pekerja yang lainpun kembali datang untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
Namun dasar apes si Emon, karena bobot tubuhnya yang memang terlalu tambun maka bekas jejak pijakan kaki dari pemuda imut ini terlihat sangat jelas. Para penggalipun langsung menghitung hasil galian mereka karena memang kejadian ini sudah seringkali mereka alami. Dan ternyata benar, 7 dari 10 penggali yang ada disana merasa kehilngan sedikit permata yang telah mereka gali. Baju si Emon yang dipenuhi dengan batu intan tersebut mulai nampak. Wajah kepura2 tidak tahuannya tidak bisa lagi menutupi kebohongan. Emon bukan hanya telah mencuri permata, namun tekah mencuri kepercayaan yang telah ia dapatkan kemarin
Mengapa si Emon melakukan hal tersebut ? Mengapa ia tega mencuri hasil kerja orang yang telah mempercayakan pekerjaan itu ? Dan bagaimana nasib selanjutnya dari si Emon ? Kita tunggu saja deh sambil nonton acara Indonesia mencari bakat di trans TV :)
Suatu hari ia melihat segerombolan pemuda yang sedang menggali sesuatu. Wajah mereka serius menggali sesuatu yang sangat berharga berada dalam tumpukan tanah tersebut. Si Emon juga melihat disamping pekerja tersebut telah terdapat benda mengkilap sejenis emas dan berlian yang tentu saja menggodanya untuk segera memiliki. Namun sayang, ia tidak punya cangkul dan peralatan penggalian layaknya para penggali tersebut. Tapi munculah ide dari Emon dengan cara mendekati salah satu penggali tersebut
"Mas, boleh saya pinjam cangkulnya sebentar ? Saya juga ingin ikut menggali gundukan tanah itu. Mungkin saja ada nasib baik dan menemukan benda bercahaya seperti yang sudah sampean dapet itu" kata si Emon sambil menunjuk barang berharga tadi. Karena melihat kesungguhan dalam diri si Emon dan ketulusannya untuk juga mau menggali, maka tergeraklah hati orang tersebut untuk memberikan cangkul dan peralatan menggali miliknya. "Ok deh, ini ada cangkul buat sampean kalo memang benar sampean mau ikut menggali disini. Semoga kerja keras sampean nanti membuahkan hasil" kata salah satu penggali yang sudah mulai terlihat lelah dengan keringat bercucuran didahinya
Si Emon pun mulai menggali dan menggali. Ia mulai belajar sesuatu yang sebelumnya belum pernah ia lakukan sama sekali. Penggali yang lain juga turut memberikan teknik bagaimana cara menggali yang baik dan efisien. Si Emon pun manggut2 tanda ia mengerti. Hari sudah berganti sore, namun si Emon belum mendapatkan apa yang ia inginkan. Saat ia berjalan pulang, ia bertanya kepada salah satu penggali lubang. "Pak, sudah berapa lama bapak bekerja sebagai penggali ini ?" tanya si Emon. "Wah saya sudah lama mas, kira2 sudah 1 tahun lebih. Tapi lumayanlah karena sekarang saya sudah tau bagaimana cara menggali batu permata yang baik".
Mendengar jawaban tersebut, Emon sedikit garuk2 kepala. Hal tersebut dikarenakan ia ingin sesuatu yang lebih cepat dan instant. Tubuh tambunnya tidak mungkin bisa bertahan lama dengan cara kerja keras tersebut. Kerja 1 hari ini saja sudah membuat nafasnya hilang separuh. Bagaimana mungkin orang ini bisa bertahan 1 tahun hanya dengan bekerja sebagai penggali lubang ? Otak si Emon yang imut ini pun bekerja dan ia mendapatkan ide bagaimana cara mendapatkan permata tersebut tanpa harus bekerja mati2an layaknya para penggali yang dianggapnya terlalu bodoh tersebut
Keesokan harinya, si Emon kembali ke tempat penggalian. Bersama dengan para penggali ia berusaha menemukan apa yang ia inginkan. Karena memang teknik dan pengalamannya yang masih sangat kurang, ia belum mendapat apa2 hingga hari menjelang siang. Para penggalipun beristirahat sambil menyeka keringat yang sudah mulai membasahi tubuh. Mereka berbondong2 menuju warung kopi diseberang jalan yang terkenal dengan kopi luwaknya. Penjaga kopinya juga asyik, jadi cocok sebagai bahan untuk melepaskan penat selama setengah hari
Si Emon sengaja tidak mau ikut berkumpul bersama para penggali lain di warung kopi. Disamping karena uangnya yang pas2an, ia memang hendak melancarkan niat yang sudah dipikirkan kemarin. Dengan cara mengendap ngendap, ia mengambil beberapa hasil permata dari penggali yang lain. Sengaja ia tidak mengambil banyak dari suatu tempat agar para penggali tidak merasa curiga bahwa sebagian permata hasil kerja keras mereka telah dicuri. Si Emon mengambil satu2 permata kecil tersebut. Lalu dengan cepat ia memasukkan kedalam bajunya yang memang sangat longgar. Pekerja yang lainpun kembali datang untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
Namun dasar apes si Emon, karena bobot tubuhnya yang memang terlalu tambun maka bekas jejak pijakan kaki dari pemuda imut ini terlihat sangat jelas. Para penggalipun langsung menghitung hasil galian mereka karena memang kejadian ini sudah seringkali mereka alami. Dan ternyata benar, 7 dari 10 penggali yang ada disana merasa kehilngan sedikit permata yang telah mereka gali. Baju si Emon yang dipenuhi dengan batu intan tersebut mulai nampak. Wajah kepura2 tidak tahuannya tidak bisa lagi menutupi kebohongan. Emon bukan hanya telah mencuri permata, namun tekah mencuri kepercayaan yang telah ia dapatkan kemarin
Mengapa si Emon melakukan hal tersebut ? Mengapa ia tega mencuri hasil kerja orang yang telah mempercayakan pekerjaan itu ? Dan bagaimana nasib selanjutnya dari si Emon ? Kita tunggu saja deh sambil nonton acara Indonesia mencari bakat di trans TV :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar