"Dia yang memberikan sepeda itu kepada saya. Ketika pulang sekolah, dia meminta saya agar memboncengkannya dengan sepedanya. Saya dudukkan dia di stang. Lalu dalam perjalanan, di suatu semak belukar, dia menyuruh saya berhenti. Dibukanya baju dan celananya. Lalu katanya, saya boleh mengambil miliknya yang paling berharga. Pak hakim, lalu saya berpikir, bajunya memang berharga, tapi itu baju wanita yang tak ada gunanya bagi saya. Celananya juga terlalu kecil bagi saya. Karena itu, yah, apa boleh buat terpaksa saya mengambil sepedanya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar